rekayasa lalu lintas
REKAYASA
LALU LINTAS
ANALISA
DAN SOLUSI KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS
JALAN
PASAR LAELANGI
(Studi
Kasus Jalan pasar laelangi)
(Skripsi)
DI
SUSUM OLEH :
NAMA:
TOMMY KAMARUDDIN
STAMBUK
: 16 630 114
UNIVERSITAS
DAYANU IKHSANUDDIN
FAKULTAS
TEKNIK
PROGRAM
STUDI TEKNIK SIPIL
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pasar laelanhgi kota
baubau memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan
aktivitas
pendistribusian logistik di kota baubau. Berdasarkan data Bappeda Kota baubau
Dengan meningkatnya
jumlah penduduk akan menyebabkan peningkatan arus lalu lintas.
Peningkatan arus lalu
lintas menyebabkan masalah kemacetan. Seiring berjalannya waktu kondisi
kemacetan yang terjadi di Bandar Lampung tidak semakin membaik melainkan semakin
memburuk. Hal ini karena jumlah kendaraan selalu bertambah dan tidak diimbangi
oleh perluasan area jalan raya. Salah satu titik kemacetan yang ada di kota
Bandar Lampung adalah
1 ruas Jl. PASAR
LAELANGI terletak di ruas jalan tersebut
akibatnya banyak ditemui pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya di
pinggir jalan. Hal ini tentu menambah volume kemacetan jalan raya. Selain itu,
pada ruas Jl. Pasar laeangi juga
terdapat banyak parkir kendaraan bermotor yang menggunakan lahan parkir di
pinggir jalan, tentu ini juga akan menambah masalah kemacetan semakin serius. Selain
mengganggu pengguna jalan yang berkendara, pedagang kaki limamaupun penggunaan
lahan parkir di pinggir jalan juga mengganggu pengguna jalan kaki yang melintas
di ruas jalan tsb. Berikut foto kemacetan
lalu lintas di ruas
Jalan Imam Bonjol-Sisingamangaraja pukul 15.30 WITA yang tertera pada Gambar
1.2. Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Dalam penelitian ini ruas jalan yang akan diteliti
adalah ruas Jalan pasar laelangi, ruas jalan ini dipilih karena adanya beberapa
pertimbangan antara lain :
1. Pada ruas jalan ini,
tingkat kemacetan yang terjadi terbilang cukup tinggi,
terutama pada jam-jam
sibuk. Berikut grafik hubungan antara jarak, dan waktu tempuh antara tiga segmen
yang akan diteliti tingkat kemacetannya yang bertujuan untuk mengetahui
kecepatan rata-rata kendaraan yang melewati segmen tersebut.
2. Ruas Jl. Pasar
laelangi zona komersial dimana pasar yaitu pasar laelangi
3. Tingkat hambatan
samping yang tinggi dimana sebagian besar trotoar sepanjang ruas jalan ini
dimanfaatkan sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima maupun tempat parkir
sehingga aktivitas pejalankaki memanfaatkan sebagian badan jalan utama ruas Jl.
Imam Bonjol
4. Besarnya jumlah
kendaraan/ arus lalu lintas yang masuk dan keluar ruas Jl. Pasar laelangi
5. Akibat besarnya
jumlah kendaraan/ arus lalu lintas tersebut menyebabkan waktu tundaan rata-rata
(DT) tiap kendaraan menjadi besar, sehingga mnyebabkan terjadinya antrian Ada
banyak kerugian yang akan ditimbulkan oleh kemacetan tersebut. Baik dari segi
waktu, pemborosan energi, meningkatnya polusi udara serta keausan kendaraan
lebih tinggi (radiator kendaraan tidak berfungsi dengan baik). Oleh karena itu,
maka perlu dilakukan analisa kemacetan lalu lintas pada Jalan pasar laelangi
serta solusi pemecahannya.
B.
Rumusan Masalah
Adanya kemacetan lalu
lintas yang tinggi, serta kurangnya lahan parkir yang membuat masalah kemacetan
semakin serius, oleh karenanya diperlukan pengkajian tentang apa yang menjadi
penyebab terjadinya kemacetan yang terjadi di ruas Jl. Pasar laelangi dan
bagaimana solusi
pemecahan masalah
kemacetan tersebut.
Berdasarkan Grafik 1.1
yang terbagi menjadi segmen, yaitu Jl.
Pasar Laelangi maka
diperoleh tingkat
kemacetan yang tertinggi yang terjadi pada segmen satu yaitu ruas Jl. Pasar
laelangi. Oleh karenanya, pada penulisan ini ruas jalan yang akan ditinjau
adalah Jl. Pasar laeangi
C.
Tujuan
Adapun tujuannya
adalah:
1. Mendapatkan data
volume arus lalu lintas tertinggi yang melalui ruas Jl. Pasar laelangi
2. Menganalisis tingkat
kemacetan yang terjadi di ruas tersebut
3. Mengetahui solusi
pemecahan masalah kemacetan yang terjadi di ruas jalan tersebut.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya
penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah khususnya
pengelola sistem angkutan kota (Organda,LLAJ, Dispenda, dan instansi lainnya)
sebagai salah satu masukan maupun pertimbangan dalam membuat dan menentukan
kebijakan-kebijakan pengelolaan sistem angkutan kota kota bau bau.
E.
Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam
penelitian ini terarah, maka masalah yang dibatasi dengan adanya kriteria yang
digunakan dalam memilih lokasi yang akan diamati, yaitu:
penelitian ini, hanya
difokuskan pada Segmen I yaitu pada ruas Jl. Pasar laelangi
2. Kendaraan yang
diamati yaitu kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC),
dan kendaraan beroda yang menggunakan tenaga (UM)
3. Pengamatan dilakukan
pada hari Kamis mewakili hari kerja pada pkl 09.00-18.00 WIB.
4. Parameter-parameter
yang dianalisa antara lain : volume kendaraan, kecepatan arus bebas, hambatan
samping, kapasitas dan derajatkejenuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kemacetan merupakan
akibat dari berkembangnya kebutuhan transportasi sedangkan perkembangan
penyediaan fasilitas transportasi sangat rendah. Sehingga prasarana yang ada
tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat mengganggu
kebutuhan prasarana transportasi penduduk kota. Selain adanya keterbatasan
penyediaan prasarana transportasi, ada hal-hal
lain yang menyebabkan kemacetan
lalu-lintas. Kemacetan juga disebabkan oleh karakteristik pola tata guna lahan
dengan beragam pola yang menimbulkanbangkitan lalu lintas, ketidaksiplinan pengendara
, kendaraan besar melajudengan kecepatan rendah, kecelakaan, dan adanya parkir
di sembarang tempat= yang akan mengganggu lalu lintas kota.Untuk itu, dalam
rangka menganalisis tingkat kemacetan di sebuah ruas jalanperlu memperhatikan
beberapa hal.
A.
Tingkat Analisa
Untuk menganalisa ruas
jalan perkotaan diberikan dua tingkat analisa yang
berbeda (MKJI 1997)
yaitu :
1. Analisa Operasional
Analisa operasional
adalah analisa yang dilakukan untuk menentukan
kinerja segmen jalan akibat arus lalu-lintas yang ada atau diramalkan.
Ada beberapa hal yang dapat dianalisa melalui analisa operasional diantaranya :
analisa kapasitas, yaitu arus maksimum yang dapat dilewati dengan mempertahankan
tingkat kinerja tertentu untuk menentukan derajat kejenuhan sehubungan dengan
arus lalu lintas sekarang atau yang akan datang guna menentukan kecepatan pada
jalan tersebut.
2. Analisa Perancangan
Analisa yang dilakukan
dengan tujuan untuk memperkirakan jumlah lajur yang diperlukan untuk
jalan rencana dimana
nilai arus yang diberikan berupa perkiraan LHRT.
B. Periode Analisa
Dalam penelitian ini,
analisa kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak, arus dan
kecepatan rata-rata ditentukan dengan periode tersebut. Dalam penulisan ini
arus lalu lintas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per jam (smp/jam).
C.
Variabel-variabel Perhitungan Ruas Jalan Perkotaan
1. Arus Lalu-lintas
Arus lalu lintas yaitu
gerak kendaraan sepanjang jalan. Arus lalu-lintas pada suatu jalan raya diukur
berdasarkan jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu selama waktu
tertentu. Dalam beberapa hal lalu-lintas dinyatakan dengan Lalu-lintas Harian
Rata-rata (LHR) bila periode pengamatannya kurang dari satu tahun. Dalam MKJI
(1997), definisi arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang
melewati suatu titik jalan per satuan waktu, dinyatakan
dalam knd/jam (Q kend),
smp/jam (Q smp), atau lalu-lintas harian rata-rata tahunan (Q LHRT).
2. Unsur-unsur
Lalu-lintas
Dalam MKJI (1997), yang
disebut sebagai unsur lalu-lintas adalah benda atau pejalan kaki yang menjadi
bagian dari lalu-lintas. Sedangkan kendaraan adalah unsur lalu lintas diatas roda.
Sebagai unsur lalu-lintas yang paling berpengaruh dalam analisis, kendaraan
dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Kendaraan ringan
(LV) adalah kendaraan bermotor dua as beroda empat dengan jarak as 2,0 – 3,0 m
(termasuk mobil penumpang, mikrobus dan truk kecil).
b. Kendaraan Berat (HV)
adalah kendaraan bermotor lebih dari empat roda atau dengan jarak as lebih dari
3,5 m meliputi bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.
c. Sepeda Motor (MC) adalah
kendaraan bermotor beroda dua atau tiga meliputi sepeda motor dan kendaraan
beroda tiga.
d. Kendaraan tidak
bermotor (UM) adalah kendaraan dengan roda
menggunakan tenaga atau
hewan meliputi sepeda, becak, kereta kuda, kereta dorong.
Adapun nilai ekivalen
kendaraan berdasarkan standar perencanaan geometri untuk jalan perkotaan
dinamakan satuan mobil penumpang (smp). Faktor ekivalen tersebut adalah seperti
yang tercantum
Kecepatan arus bebas
(FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol, yaitu kecepatan
yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa
dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Kecepatan arus bebas diamati
melalui pengumpulan data lapangan, dimana hubungan antara kecepatan arus bebas
dengan kondisi geometric dan lingkungan ditentukan oleh metoda regresi.
Kcepatan arus bebas kendaraan ringan dipilih sebagai kriterian dasar untuk
kinerja segmen jalan pada arus = 0. Kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat
dan sepeda motor juga diberikan sebagai refernsi. Kecepatan arus bebas untuk
mobil penumpang biasanya 10-15% lebih tinggi dari tipe kendaraan lainnya.
Persamaan untuk
penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk
umum sebagai berikut :
FV = (FV0+FVW) x FFVSF x
FFVCS…………………….......................................................................(2.1)
Dimana : FV = Kecepatan
arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
FV0 = Kecepatan arus
bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang
Diamati FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan
(km/jam) FFVSF = Faktor penyesuaian
untuk hambatan samping dan lebar atau jarak
krb penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk
ukuran kota Adapun beberapa tabel untuk menentukan nilai faktor yang berpengaruh
pada besarnya kecepatan arus bebas yang akan ditentukan adalah sebagai berikut
:
Tabel 2.2 Kecepatan
Arus Bebas Dasar (FV0) Tipe Jalan Kecepatan arus Kendaraan ringan
Kendaraan berat Sepeda
motor Semua kendaraan LV HV MC (rata-rata) Enam-lajur terbagi
61 52 48 57 (6/2 D)
atau Tiga lajur satu-arah
3.
Kapasitas
Kapasitas didefinisikan
sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per
satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas
ditentikan untuk arus dua arah (kombinasi duaarah). Tetapi untuk jalan dengan
banyak lajur, arus dipisahkan per arah dankapasitas ditentukan per lajur. Nilai
kapasitas diamati melalui pengumpulan data lapangan selama memungkinkan. Karena
lokasi yang mempunyai arus
mendekati kapasitas
segmen jalan sedikit ( sebagaimana terlihat dari kapasitas simpang sepanjang
jalan), kapasitas juga diperkirakan dari anailisa kondisi iringan lalu lintas,
dan secara teorotis denganmengasumsikan hubungan matematik antara kerapatan,
kecepatan, dan arus. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp).Persamaan
dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = C0 x FCW x FCSP x
FCSF x FCCS………………………......……….(2.2)
Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas dasar
(smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian
lebar jalan
FCSP = Faktor
penyesuaianpemisahan arah
FCSF = Faktor
penyesuaian utuk hambatan samping dan lebar
atau jarak krb
penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian
kecepatan untuk ukuran kota
Jika kondisi
sesungguhnya sama dengan kondisi dasar (ideal) yang ditentukan sebelumnya, maka
semua faktor penyesuaian menjadi 1,0 dan
16 kapasitas menjadi sama dengan kapasitas dasar. Adapun beberapa table untuk
menentukan nilai faktor yang berpengaruh pada besarnya kapasitas
yang akan ditentukan
adalah sebagai berikut :
4.
Derajat Kejenuhan
Derajat Kejenuhan (DS)
didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, diggunakan sebagai faktor
utama dalam menentukan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS
menununjukan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau
tidak.
Persamaan dasar untuk
menentukan nilai derajat kejenuhan adalah sebagai
berikut : DS =
Q/C……………………………….……………………..(2.3)
Dimana :
Q = Arus lalu lintas
pada segmen jalan yang ditinjau
C = Kapasitas lalu
lintas pada segmen jalan yang ditinjau
Derajat kejenuhan
dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. DS
digunakan untuk analisa perilaku lalu lintas berupa kecepatan. Kinerja ruas
jalan merupakan ukuran kondisi lalu lintas pada suatu ruas jalan yang bisa
digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu ruas jalan telah bermasalah
atau belum. Derajat kejenuhan merupakan perbandingan antara volume lalu lintas
dan kapasitas jalan, dimana :
a) Jika nilai derajat
kejenuhan > 0,8 menunjukkan kondisi lalu lintas sangat tinggi
b) Jika nilai derajat
kejenuhan > 0,6 menunjukkan kondisi lalu lintas padat
c) Jika nilai derajat
kejenuhan < 0,6 menunjukkan kondisi lalu lintas rendah
5.
Tingkat Pelayanan Jalan
Kinerja ruas jalan
dapat didefinisikan sejauh mana kemampuan jalan menjalankan fungsinya, dimana menurut
MKJI 1997 yang digunakan sebagai parameter adalah Derajat Kejenuhan (DS)
(Koloway, 2009). MKJI (1997) juga menjelaskan bahwa tingkat pelayanan jalan
dapat juga dihitung berdasarkan batas lingkup Q/C ruas jalan tersebut.
6.
Hambatan Samping
Hambatan samping adalah
interaksi antara lalu lintas dan kegiatan di samping jalan yang menyebabkan
pengurangan terhadap arus jenuh dan berpengaruh terhadap kapasitas dan kinerja
lalu lintas (Ifran dkk, 2015).
a) Pejalan kaki
b) Angkutan umum dan
kendaraan lain yang berhenti
c) Kendaraan lambat (
misalnya becak, kereta kuda) dan
d) Kendaraan masuk dan
keluar dari lahan di samping jalan
Kelas hambatan jalan
samping.
7.
Ukuran Kota
Ukuran kota di
Indonesia serta keaekaragaman dan tingkat perkembangan daerah perkotaan
menunjukkan bahwa perilaku pengemudi pengemudi dan populasi kendaraan (umur
komposisi kendaraan, tenaga dan kondisi kendaraan) adalah beraneka ragam (Rizani,
2015). Kota yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang kurang gesit
dan kendaraan kurang
modern, sehingga
menyebabkan kapasitas dan kecepatan lebih rendah pada arus tertentu jika
dibandingkan dengan kota yang lebih besar (MKJI, 1997). Ukuran kota adalah jumlah
penduduk di dalam kota (juta).
D.
Variabel-variabel Perhitungan Simpang Tak Bersinyal
1.
Arus Lalu-lintas
Arus lalu lintas yaitu
gerak kendaraan sepanjang jalan (Wells,1993). Arus lalu-lintas pada suatu jalan
raya diukur berdasarkan jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu selama
waktu tertentu. Dalam beberapa hal lalulintas dinyatakan dengan Lalu-lintas
Harian Rata-rata (LHR) bila periode pengamatannya kurang dari satu tahun.(Oglesby,
1998).
Dlam MKJI 1997, definisi arus lalu lintas
adalah jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik jalan per satuan
waktu, dinyatakan dalam knd/jam (Q kend), smp/jam (Q smp), atau lalu-lintas
harian rata-rata tahunan (Q LHRT).
2.
Unsur-unsur Lalu-lintas
Dalam MKJI 1997, yang
disebut sebagai unsur lalu-lintas adalah benda
atau pejalan kaki yang menjadi bagian dari lalu-lintas. Sedangkan kendaraan
adalah unsur lalu lintas diatas roda. Sebagai unsur lalu-lintas yang paling
berpengaruh dalam analisis, kendaraan dikategorikan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Kendaraan ringan
(LV) adalah kendaraan bermotor dua as beroda empat dengan jarak as 2,0 – 3,0 m
(termasuk mobil penumpang, mikrobus dan truk kecil).
b. Kendaraan Berat (HV)
adalah kendaraan bermotor lebih dari empat roda atau dengan jarak as lebih dari
3,5 m meliputi bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.
c. Sepeda Motor (MC)
adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga meliputi sepeda motor dan
kendaraan beroda tiga.
d. Kendaraan tidak
bermotor (UM) adalah kendaraan dengan roda menggunakan tenaga atau hewan meliputi
sepeda, becak, kereta kuda, kereta dorong.
3.
Kapasitas
Kapasitas didefinisikan
sebagai arus maksimum melalui suatu titik di jalan
yang dapat
dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
C = Co x Fw x Fm x Fcs
x Frsu x Flt x Frt x Fmi
Dimana :
C = Kapasitas
C0 = Kapasitas dasar
Fw = Faktor penyesuaian
lebar masuk
Fm = Faktor penyesuaian
median jalan utama
Fcs = Faktor
penyesuaian ukuran kota
Frsu = Faktor
penyesuaian tipe lengkungan jalan,hambatan samping, dan kendaraan tidak
bermotor
Flt = Faktor
penyesuaian % belok kiri
Frt = Faktor
penyesuaian % belok kanan
Fmi = Faktor penyesuaian
rasio arus jalan minor
Adapun beberapa tabel
dan gambar untuk menentukan nilai faktor yang
berpengaruh pada
besarnya kapasitas yang akan ditentukan.
Tabel 2.14 Kapasitas
Dasar (C0)
Tipe simpang IT
Kapasitas dasar smp/jam
322 2700
342 2900
324 atau 344 3200
422 2900
424 atau 444 3400
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan semua
kegiatan pelaksanaan penelitian, maka perlu dilakukan pekerjaan persiapan.
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
1) Mencari dan
mengumpulkan informasi yang berkaitan tentang topic penelitian sebanyak mungkin
untuk memudahkan pekerjaan analisisselanjutnya.
2) Mengumpulkan
literatur pendukung yang akan digunakan dalam prosesanalisis baik secara manual
maupun menggunakan sistem komputerisasi.
3) Mengumpulkan
bahan-bahan alternatif dari penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan sebagai bahan pembanding terhadap penelitian
yang akan dilakukan.
B.
Survei Pendahuluan
Survey pendahuluan
dilakukan guna mendapatkan informasi lebih awalmengenai kondisi aktual di
lapangan. Pada survey ini dilakukan pengenalan dan penentuan batas ruas Jalan
Imam Bonjol yang akan diteliti serta untuk mendapatkan informasi kondisi jalan
eksisting dan penandaan titik-titik yang perlu mendapatkan perlakuan khusus.
Berdasarkan survey pendahuluan ini
dikumpulkan informasi
yang selanjutnya akan digunakan sebagai acuanpelaksanaan survey yang
selanjutnya digunakan sebagai acuan pelaksanaan survey lapangan yang
selanjutnya.
C.
Survey Lapangan
Survey lapangan yang
akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah prosespengumpulan data lapangan
yang lengkap. Adapun data lapangan yang harus diambil adalah sebagai beriku :
1.
Survey Kondisi dan Geometrik Jalan
Tujuan dari survey ini
adalah untuk mendapatkan data umum mengenai kondisi potongan melintang dari
geometrik jalan yang bersangkutan.
Data yang diperoleh
dari survey ini adalah :
a) Informasi tentang
potongan melintang jalan
b) Awal ruas dan akhir
dari survey ini harus jelas dan sesuai dengan ruas yang ditetapkan pada survey
lainnya.
c) Data yang diperoleh
dicatat dalam formulir
2.
Survey Kondisi Arus Lalu lintas
Survey ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi arus lalu lintas yang ada pada daerah studi. Data
masukan arus dan komposisi lalu lintas kemudian dicatat dalam formulir yang
telah dibuat. Data yang harus diperoleh pada survey ini adalah data arus
kendaraan/jam yang sudah disesuaikan untuk masing-masing tipe kendaraan.
D.
Analisis Data Lapangan dan Hasil
Pada tahap ini data
yang telah terkumpul selanjutnya akan dianalisa. Adapun data yang didapatkan
meliputi :
1) Volume kendaraan
tertinggi yang terjadi pada jam puncak di ruas jalan yang akan diteliti
2) Kecepatan arus bebas
kendaraan ringan
3) Kapasitas dari
segmen jalan yang diamati
4) Derajat kejenuhan
yang terjadi pada segmen yang diamati
5) Tundaan yang terjadi
pada simpang
Adapun langkah-langkah
pelaksanaan penelitian ini terlihat pada bagan alir
yang tertera di lembar
berikutnya.
PERSIAPAN PENELITIAN
1. Menetapkan lokasi
studi
2. Mengumpulkan
informasi awal mengenai denah studi
3. Studi kepustakaan
SURVEY PENDAHULUAN
1. Penentuan titik
survey
2. Penentuan jumlah
sampel
SURVEY LAPANGAN
DATA PRIMER
1. Kondisi geometrik
jalan
2. Volume arus lalu
lintas
3. Hambatan samping
DATA SEKUNDER
Jumlah penduduk kota
Bandar
Lampung tahun 2014 dan
faktor
kelas ukuran kota (Fcs)
ANALISA PENDUKUNG
1. Kecepatan arus bebas
kendaraan
2. Kapasitas
3. Perilaku lalu lintas
a. Derajat kejenuhan
b. Penilaian perilaku
lalu lintas
KESIMPULAN
Berdasarkan Grafik 3.1
dikatakan bahwa penelitian ini dibagi menjadi beberapa
tahap. Sebelum
melakukan survey pendahuluan, diperlukan persiapan penelitian
yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang terkait pada pokok bahasan
yang akan diteliti.
Selain persiapan, penelitian ini juga dilakukan beberapa
tahapan, yaitu sebagai
berikut :
1.
Survey Pendahuluan
Survey ini bertujuan
untuk menentukan titik survei dan jumlah sampel yang
akan dilakukan dalam
penelitian ini. Penentuan titik survei dilakukan di kedua
segmen ruas Jalan pasar
laelangi,
2.
Survey Lapangan
Survey ini dilakukan
setelah melakukan survey pendahuluan. Survey lapangan terdiri dari dua data
yang dibutuhkan untuk melakukan survey lapangan, yaitu berupa data primer dan
data sekunder.
a) Data Primer
Adapun data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa :
1) Kondisi Geometrik
Jalan
Dalam penelitian ini,
data kondisi geometrik jalan menjadi hal utama dalam menentukan tingkat
kemacetan yang terjadi pada ruas jalan yang akan diteliti. Adapun lokasi
penelitian berikut :
2) Volume Arus Lalu
Lintas
Volume arus lalu lintas
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
jumlah kendaraan yang
melewati titik pengamatan yang ditentukan yaitu
titik 1 pada Segmen I
dan titik 2 pada Segmen II. Pendataan dilakukanmenggunakan kamera yang
terpasang di masing-masing titik pada hariyang telah ditentukan dari pukul 5.00
WIB sampai dengan pukul 18.00 WITA.
3) Hambatan Samping
Selain kondisi
geometrik jalan dan volume arus lalu lintas, hambatan
samping juga merupakan
poin penting dalam penelitian ini. Hambatan samping yang Keterangan
menghitung jumlah
aktivitas samping jalan pada 200 m terbanyak aktivitas sisi jalannya. Adapun
durasi pengamatan hambatan samping ini dilakukan pada pukul 05.00 WITA sampai
dengan pukul 06.00 WITA, pukul
7.00 WITA sampai dengan
pukul 08.00 WITA, pukul 12.00 WITA sampai dengan pukul 13.00 WITA, dan pukul
17.00 WITA sampai dengan pukul 18.00 WITA.
b) Data Sekunder
Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah penduduk di kota baubau pada
tahun 2014. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi yaitu
melalui website resmi BPS
(baubau.bps.go.id).
Data jumlah penduduk kota Bandar Lampung ini
digunakan untuk
menentukan faktor kelas ukuran kota (Fcs).
3. Analisa Pendukung
Adapun analisa
pendukung dala penelitian ini terbagi menjadi beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
a) Kecepatan Arus Bebas
Kendaraan
Dalam penelitian ini,
kecepatan arus bebas yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan dari data
LHR yang diperoleh, tidak berdasarkan pengamatan langsung.
b) Kapasitas
Kapasitas didapatkan
melalui perhitungan perolehan data primer yang telah dilakakukan.
c) Perilaku Lalu Lintas
1) Derajat Kejenuhan
2) Penilaian Perilaku
Lalu Lintas
Nilai derajat kejenuhan
didapatkan melalui perolehan data primer yang telah diamati dalam penelitian
ini. Setelah didapatkan nilai derajat kejenuhan, maka akan terlihat tingkat
pelayanan jalan pada ruas jalan yang akan diamati. Hal ini dimasukkan ke dalam
penilaian perilaku lalu lintas
titik I dan titik II
dan kemudian membandingkannya, sehingga terlihat perilaku lalu lintas pada
masing-masing titik pada ruas jalan yang diteliti.
4.
Kesimpulan
Setelah menganalisa
tingkat kemacetan di ruas Jalan pasar laelamgi
melalui beberapa parameter yang diperoleh melalui data primer dan data sekunder,
maka didapatkan kesimpulan serta beberapa saran pemecahan masalah kemacetan di
ruas jalan tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian dan analisis yang dilakukan, maka diperoleh
beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan grafik
volume lalu lintas, didapatkan nilai volume kendaraan
tertinggi berada pada
pukul 17.00-18.00 WITA. Besarnya nilai volume kendaraan pada Segmen smp/jam,
sedangkan pada arah Jl. Imam Bonjol-Tamin adalah sebesar 670 smp/jam. Pada
Segmen II nilai volume kendaraan arah Jl. Tamin-Imam Bonjol adalah 876 smp/jam,
sedangkan pada arah Jl. Passer laelangi adalah sebesar 993,1 smp/jam.
2. Nilai derajat
kejenuhan (DS) yang diperoleh berdasarkan pengamatan pada
Segmen I adalah sebesar
0,75. Hal ini menandakan bahwa kondisi lalu lintas tergolong padat dengan
tingkat pelayanan jalan tersebut adalah E.
Nilai DS pada Segmen II
adalah sebesar 1,17. Hal ini menandakan bahwa kondisi lalu lintas tergolong
padat dengan tingkat pelayanan jalan tersebut adalah F. Nilai derajat kejenuhan
Segmen II lebih besar jika dibandingkan Segmen I, hal ini dikarenakan voulme
lalu lintas Segmen II lebih besar dan
kapasitas Segmen II
lebih sedikit jika dibandingkan Segmen I. Sedangkan nilai DS pada Jl. Pasar laelangi adalah sebesar 1,31. Hal ini
menandakan bahwa kondisi
lalu lintas Simpang tergolong sangat tinggi pada tingkat pelayanan jalan adalah
F dimana DS > 1.
3. Pada ruas Jalan Imam
Bonjol – Jalan Tamin memiliki tingkat kemacetan yang tergolong padat. Hal ini
dikarenakan bukan karena tingginya volume arus lalu lintas di ruas jalan
tersebut, melainkan tingginya aktivitas sisi jalan (hambatan samping) pada ruas
jalan tersebut.
B.
Saran
Dari beberapa hasil
analisa dan kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa ruas Jl. Pasar laelangi
merupakan ruas jalan yang rawan akan kemacetan, sehingga muncul beberapa saran
yang penulis berikan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diantaranya :
1. Diharapkan
penertiban bagi petugas yang berwenang untuk menertibkan pedagang kaki lima
yang berjualan di pinggir jalan serta penertiban angkutan umum agar tidak
berhenti sembarangan di ruas jalan yang riskan akan kemacetan.
2. Diharapkan Pemda
Lampung membuat lahan parkir baru yang letaknya tidak jauh dari pasar guna
menekan jumlah kendaraan parkir yang parker di sisi jalan serta membuat lampu
merah yang diletakkan pada Simpang
Jl. Pasar laelangi guna
menertibkan kendaraan yang melintas agartidak menambah masalah kemacetan yang
terjadi di ruas jalan tersebut.
Komentar
Posting Komentar